Sabtu, 09 Februari 2013

Maldini yang 'Dingin' dan Panitia Milan Glorie yang Dikeluhkan Wartawan


FOTO:Detiksport/Hasan Al Habshy Legenda hidup AC Milan itu akhirnya ada di Jakarta. Namun, dibanding para bintang veteran yang lain, Paolo Maldini dianggap "dingin" pada fans.Dalam laga eksibisi Milan Glorie melawan Indonesia Legend di Gelora Bung Karno tadi sore, Sabtu (9/2/2013), penampilan Maldini tentu saja sangat ditunggu-tunggu oleh suporter Milan yang memenuhi lebih dari setengah stadion.Hanya saja, selama di lapangan pemilik abadi nomor punggu 3 di skuat Rossoneri itu terbilang terlalu "serius". Kamera televisi jarang menemukan senyumannya, tidak seperti pemain-pemain lain seperti Franco Baresi, Daniela Massaro, Andriy Shevchenko, Stefano Eranio atau Massimo Oddo.
Maldini bahkan sempat "ngambek" saat jumpa pers pertama di JCC pada Rabu lalu. Ceritanya, saat para mantan bintang Rossoneri itu mulai bersantap siang, sejumlah fans tetap mencari-cari kesempatan untuk memotret atau bahkan meminta foto bersama dengan pemain-pemain idolanya itu.

Histeria fans tersebut pada suatu titik sepertinya membuat jengkel Maldini. Merasa acara makannya terganggu, salah satu bek kiri terhebat yang pernah dilahirkan planet bumi itu tiba-tiba berdiri.

Dengan sedikit bertolak pinggang, ia berseru dengan nada tinggi setengah berteriak, dalam bahasa Inggris: "Hey, can we have lunch now!"

Para fans yang semulai berkerumun di belakang kursi meja Maldini langsung mundur dan menjauh.

Cerita lain tentang Maldini adalah ketika para bintang Milan itu harus memberi sambutan kepada hadirin. Walaupun disegani oleh semua orang, konon gaya Maldini tidak selalu disukai oleh sebagian tifosi terutama dari Curva sud, antara lain karena "moody".

Massaro, yang tahu karakter rekannya itu, malahan seperti "usil” dengan "memaksa" Maldini untuk berpidato.

"Now we want to hear from Paolo Maldini, our capitano," pancing Massaro, salah satu bintang yang paling ramah meladeni fans maupun media.

Maldini menampik dan mengatakan, "No no no. My captain is Baresi. Let him speech."

Massaro tak menyerah. "No no, Paolo. After Baresi, you are the captain. Speech now."

Maldini pun, dengan terlihat sedikit terpaksa, akhirnya berpidato tak terlalu lama.

Menurut seorang Milanisti kepada detiksport, awalnya ia tidak percaya dengan cerita di Milan bahwa Maldini relatif kurang disukai oleh Curva Sud, tifosi garis keras, karena pembawaannya yang "cool".

"Ternyata sekarang kita tahu alasannya. Terjawab sudah setelah ketemu langsung dengan orangnya. Itu sebabnya kenapa fans garis keras masih menganggap Baresi adalah kaptennya, bukan Maldini," cetus dia, walaupun tentu saja akan selalu memandang Maldini sebagai "dewa".

Salah satu orang yang paling beruntung soal Maldini adalah Bima Sakti. Pemain kawakan Indonesia yang saat ini bermain untuk Persepar Palangkaraya itu mendapatkan jersey Maldini langsung dari orangnya. Bima terlihat memintanya seusai babak pertama, dan Maldini bertukar kaus dengan mantan kapten timnas itu.

Terkait penyelenggaraan Milan Glorie edisi kedua ini, di kalangan wartawan terdengar hal-hal yang kurang mengenakkan mereka dari pihak promotor, yaitu Asian Sport Development (ASD).



Pada konferensi pers pertama misalnya, hari Rabu lalu. Sebagian besar wartawan sudah mendatangi tempat acara di JCC, Jakarta, beberapa menit sebelum jadwal yang diinformasi oleh panitia, yaitu jam setengah dua siang.

Namun, ketika memasuki ruang konpers, mereka hanya kebagian beberapa menit, karena pemain seperti Maldini dan Andriy Shevchenko sudah meninggalkan tempat.

Wartawan sempat menanyakan hal itu kepada panitia. "Kok sudah selesai, kemarin katanya jam setengah dua?"

Seorang panitia menjawab pendek, "Ya memang sudah selesai. Salah sendiri kenapa telat."

Wartawan tidak puas dengan jawaban itu karena mereka sudah datang sebelum jam yang dimaksud tersebut.

Mereka kemudian menanyakan soal ID hari pertandingan kepada media officer bernama Boy. Ia mengatakan, "Maaf, belum cek email, tidak sempat." Ia menambahkan ID bisa diambil di hari H.

Di hari H, wartawan sudah mendatangi GBK sejak siang karena harus mengurus ID yang dijanjikan tersebut. Sial buat mereka, sebagian ID belum selesai dikerjakan oleh panitia.

"Saya bolak-balik nanya sampai dua jam, susahnya minta ampun," ucap seorang wartawan dari sebuah harian cetak, yang diamini oleh sejumlah kru media yang lain.

Pengamatan detiksport, setelah didesak soal ini, panitia registrasi saling lempar-lemparan urusan dan malah ada yang ngeloyor pergi.

Mereka juga sempat menyalahkan media karena tidak mengirim e-mail data sebelum jam 5 sore hari Selasa.

"Kita cuma ditugaskan untuk bagi ID card saja. Kita nggak tahu prosesnya. Itu urusan orang dalam," sergah panitia.

Alasan tersebut dibantah oleh beberapa kru media.

"Kami sudah mengirim foto dan data peliput ke mereka. Mereka minta buru-buru, tapi kami sudah kirim sesuai deadline. Sayangnya email kami tidak di-reply lagi dan tidak ada pemberitahuan sama sekali setelah itu," cetus seorang fotografer dari sebuah media online.

Ketidakpuasan awak media pada penyelenggara sempat memunculkan gagasan untuk tidak melanjutkan peliputannya. Apalagi ada panitia yang berucap, "yang penting media partner tidak ada yang komplain."

Setelah lama menanti, ID peliputan akhirnya dikeluarkan panitia dalam bentuk yang tidak wajar. Mereka hanya diberi selembar kertas putih yang ditulis tangan, sebagai tanda pengenal pers. Dan media kembali kecewa karena penyelenggara juga tidak mengadakan konferensi pers pasca pertandingan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar